Kita berangkat dari cara
berpikir umat Kristen apabila ditanya tentang eksistensi Tuhan yang
bisa menjelma menjadi manusia dengan jawaban :”Terserah
Tuhan donk, Dia khan Maha Kuasa, mau menjelma jadi manusia, mau jadi
trinitas atau apapun tentu saja Dia bisa melakukannya”.
Maka jawaban tersebut bisa juga dipakai untuk menjelaskan eksistensi
Tuhan menurut Al-Qur’an, bahwa Tuhan juga punya Kuasa untuk menjadikan
diri-Nya :
[42:11]…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.[112:4] dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
Jadi kalau berdasarkan informasi dari sumber lain yang menyatakan bahwa Tuhan bisa saja menjelma menjadi apapun yang Dia mau, maka kita juga harus menerima bahwa Tuhan juga bisa ‘tidak setara dengan apapun’ atau juga ‘tidak menyerupai sesuatupun’, dan itu memang maunya Dia sesuai apa yang disampaikan dalam Al-Qur’an.
Penjelasan kedua ayat ini memastikan bahwa eksistensi/wujud Tuhan tidak bisa dijangkau oleh panca indera kita, karena kalau bisa maka tidak sejalan dengan pernyataan tersebut.Dalam ayat lain, Allah mengkonfirmasikan :
Logika yang kita pakai untuk menerima Tuhan yang menjelma menjadi manusia karena Tuhan punya Kuasa untuk menjadi apapun yang Dia inginkan, bisa juga kita pakai untuk menerima pernyataan Al-Qur’an ini.
Lalu menjawab pertanyaan : “Mengapa melalui Panca Inderanya tidak dapat mendeteksi KEBERADAAN TUHAN?”, kita robah menjadi :”Mengapa Tuhan tidak memberikan kemampuan kepada manusia untuk bisa melihat-Nya dengan panca indera..?” karena konsisten dengan alasan Kristen soal Kekuasaan Tuhan tadi, maka berdasarkan Kuasa-Nya tentu saja manusia akan bisa melihat wujud Tuhan, namun dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Tuhan tidak memberikan kemampuan panca indera manusia untuk bisa menjangkau eksistensi-Nya. Apa alasannya..???
Tentu saja Tuhan tidak perlu menjelaskan apa alasan Dia tidak memberikan kemampuan tersebut, karena berdasarkan Kuasa yang Dia miliki, Tuhan bisa berbuat apapun tanpa perlu repot-repot memberikan alasan.
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. Keinginan nabi Musa tersebut karena beliau ingin memperkuat keimanan, namun akhirnya nabi Musa malah bertaubat karena meminta hal tersebut. Disini digambarkan bahwa keinginan untuk bisa melihat Allah dengan panca indera merupakan hal yang tidak baik. Selanjutnya Al-Qur’an menggambarkan keinginan melihat Allah oleh Fir’aun, namun dengan cara yang agak ‘lucu’ :
Dasar
dari keinginan Fir’aun ini adalah dalam konteks ‘menantang’ Musa,
Al-Qur’an menjelaskan bahwa perbuatan ini adalah perbuatan buruk,
sekalipun Fir’aun menganggapnya baik. Selanjutnya Al-Qur’an menjelaskan
keinginan manusia lain, yaitu kaum Yahudi umat nabi Musa yang ingin
melihat Allah dengan panca indera, dasar dari keinginan ini adalah
keingkaran, yaitu setelah Allah memberikan bukti keberadaan-Nya melalui
‘tanda-tanda’ yang disampaikan nabi Musa, namun Yahudi meminta lebih,
ingin melihat Tuhan. Al-Qur’an menggolongkan tindakan ini adalah suatu
kezaliman dan mendapat hukuman dari Allah :
Kemudian ada satu ayat yang menggambarkan kondisi di akherat, yaitu penyesalan dari orang-orang yang tersesat di dunia :
Itupun dikatakan Al-Qur’an sebagai suatu kezaliman dan tindakan ‘memandang besar diri sendiri’.Jadi kesimpulannya, Al-Qur’an menyampaikan bahwa Tuhan tidak memilih berdasarkan Kuasa-Nya agar manusia bisa menjangkau eksistensi-Nya dengan panca indera, dan Tuhan juga telah menetapkan bahwa keinginan ataupun permintaan untuk hal tersebut merupakan suatu kezaliman.
Dari sisi manusianya sendiri, kita tentu boleh-boleh saja memikirkan apa alasannya, misalnya :”Melihat matahari saja mata kita tidak sanggup, bagaimana pula halnya kalau kita melihat Tuhan yang menciptakan matahari..??”. Tapi itu hanya berdasarkan akal pikiran kita sekalipun memang alasan tersebut masuk akal.
Lalu ada pertanyaan : “Bagaimana Al-Qur’an mengajarkan manusia sehingga dapat mengenal Tuhan yang tidak terdeteksi melalui panca indera manusia..?”. Yang bisa dideteksi dengan panca indera kita adalah tentang ‘tanda-tanda’ keberadaan Tuhan, dan bukan tentang eksistensi/wujud Tuhan itu sendiri. Tanda-tanda tersebut bisa dijangkau oleh panca indera kita dan juga akal pikiran kita. Malah melalui Al-Qur’an, Allah mewajibkan setiap manusia untuk mengamati dengan panca inderanya dan memikirkan dengan akal pikirannya terhadap ‘tanda-tanda’ keberadaan Tuhan ini, agar kita bisa meyakini bahwa Tuhan tersebut memang ada/eksis/wujud.
[45:23]
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan
atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk
sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?
Ternyata yang dikatakan ‘mampu’ melihat tanda-tanda eksistensi Allah itu bukan hanya terbatas pada pandangan mata atau mendengar dengan telinga saja, tapi mata dan telinga yang dibimbing oleh hati yang tunduk dan tulus ingin mengetahui eksistensi Tuhan.
Jadi tidak aneh kalau banyak mahasiswa sekolah seminari yang khusus mempelajari Al-Qur’an, sekalipun sudah membaca Al-Qur’an seluruhnya dan berkali-kali, namun karena dasarnya punya niat yang tidak baik, maka Al-Qur’an tidak akan bisa menjadi petunjuk agar mereka kembali kejalan yang benar, malah semakin dibaca semakin tersesat, dan yang rugi tentunya diri mereka sendiri.
Sebaliknya bagi orang yang punya niat baik dan tulus, benar-benar ingin mengenal Allah dan ingin mendapat bimbingan-Nya, maka tidak perlu harus melihat Tuhan dengan panca indera, Allah akan memberikan bimbingan pengenalan kepada-Nya melalui tanda-tanda keberadaan Tuhan dan orang tersebut makin mengenal Allah tanpa harus melihat wujud-Nya :
Dengan konsep ketuhanan ini, kita bisa bertanya :”Apa akibatnya terhadap persepsi dan gambaran yang muncul dari seorang Muslim terhadap Tuhannya..?”.
Katakanlah ketika seorang Muslim bersujud di tengan malam, sendirian , mengadu kepada Tuhannya tentang masalah yang tengah dihadapi, atau ketika seorang Muslim terjebak dalam situasi hidup mati dan tidak ada tempat atau sesuatu untuk minta tolong kecuali Allah, lalu Muslim tersebut berteriak :”Yaa..Allah, tolonglah hamba-Mu ini…!!”. Apa yang tergambar di kepalanya tentang wujud Tuhan..??
Saya pastikan TIDAK ADA SATUPUN MUNCUL WUJUD (BENTUK) DALAM PIKIRANNYA…, tapi yang ada adalah suatu keyakinan bahwa Allah itu ADA, Kekuasaan-Nya SANGAT DEKAT, Dia pasti MENDENGAR jeritan minta tolong si Muslim, Dia BERKUASA untuk menolong, kalau Dia sudah menolong TIDAK ADA SESUATUPUN YANG BISA MENGHALANGI. Begitulah eksistensi Tuhan yang selalu ada dalam hati setiap Muslim.
Sekarang kita berandai-andai kalau kita menjadi seorang Kristen.Ketika kita menyeru :” Yesus..!! tolonglah saya..!!”, apa yang tergambar dalam hati dan pikiran kita..??? Tentu saja akan muncul sosok laki-laki, berambut panjang, hidung mancung Eropa, ganteng, pakai janggut, mungkin telanjang cuma pakai sepotong kain.
Atau kita berdo’a :”Bapa yang ada di surga..”, apa yang tergambar di kepala kita..?? tentu saja gambaran seorang tua berjanggut putih, pasti berkulit putih, mukanya teduh dan penuh senyum seperti muka pak Harto.
Dimanakah Bapa..?? tentu saja bukan berada didepan atau disamping kita, tapi nun jauh di surga, diatas awan, Bapa melihat dari kejauhan. Kalaupun kita meminta :”Yaa Ruh Kudus….!!”, pasti gambaran yang muncul adalah seekor burung merpati yang turun dari langit.
Lebih hebat lagi, bagaimana kalau kita menyebut ketiga-tiganya :”Bapa, Yesus dan Ruh Kudus…, tolonglah saya….!!”, gambaran yang muncul dalam hati dan pikiran adalah ketiga-tiganya berjejer dengan wujudnya masing-masing. Dan Kristen akan bersusah-payah menipu dirinya sendiri untuk ‘memblender’ ketiga wujud tersebut menjadi satu.
[42:11]…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.[112:4] dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
Jadi kalau berdasarkan informasi dari sumber lain yang menyatakan bahwa Tuhan bisa saja menjelma menjadi apapun yang Dia mau, maka kita juga harus menerima bahwa Tuhan juga bisa ‘tidak setara dengan apapun’ atau juga ‘tidak menyerupai sesuatupun’, dan itu memang maunya Dia sesuai apa yang disampaikan dalam Al-Qur’an.
Penjelasan kedua ayat ini memastikan bahwa eksistensi/wujud Tuhan tidak bisa dijangkau oleh panca indera kita, karena kalau bisa maka tidak sejalan dengan pernyataan tersebut.Dalam ayat lain, Allah mengkonfirmasikan :
[6:103]
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.
Logika yang kita pakai untuk menerima Tuhan yang menjelma menjadi manusia karena Tuhan punya Kuasa untuk menjadi apapun yang Dia inginkan, bisa juga kita pakai untuk menerima pernyataan Al-Qur’an ini.
Lalu menjawab pertanyaan : “Mengapa melalui Panca Inderanya tidak dapat mendeteksi KEBERADAAN TUHAN?”, kita robah menjadi :”Mengapa Tuhan tidak memberikan kemampuan kepada manusia untuk bisa melihat-Nya dengan panca indera..?” karena konsisten dengan alasan Kristen soal Kekuasaan Tuhan tadi, maka berdasarkan Kuasa-Nya tentu saja manusia akan bisa melihat wujud Tuhan, namun dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Tuhan tidak memberikan kemampuan panca indera manusia untuk bisa menjangkau eksistensi-Nya. Apa alasannya..???
Tentu saja Tuhan tidak perlu menjelaskan apa alasan Dia tidak memberikan kemampuan tersebut, karena berdasarkan Kuasa yang Dia miliki, Tuhan bisa berbuat apapun tanpa perlu repot-repot memberikan alasan.
[7:143] Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali
tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia
tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”.
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. Keinginan nabi Musa tersebut karena beliau ingin memperkuat keimanan, namun akhirnya nabi Musa malah bertaubat karena meminta hal tersebut. Disini digambarkan bahwa keinginan untuk bisa melihat Allah dengan panca indera merupakan hal yang tidak baik. Selanjutnya Al-Qur’an menggambarkan keinginan melihat Allah oleh Fir’aun, namun dengan cara yang agak ‘lucu’ :
[40:36]
Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan
yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, [40:37] (yaitu)
pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan
sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta”. Demikianlah dijadikan
Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari
jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah
membawa kerugian.
[2:55]
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan
beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu
kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya”.
[4:153]
Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah
Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa
yang lebih besar dari itu. Mereka berkata : “Perlihatkanlah Allah
kepada kami dengan nyata”. Maka mereka disambar petir karena
kezalimannya,..
Kemudian ada satu ayat yang menggambarkan kondisi di akherat, yaitu penyesalan dari orang-orang yang tersesat di dunia :
[25:21]
Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan
Kami: “Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa)
kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sesungguhnya mereka memandang besar
tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas(dalam
melakukan) kezaliman”.
Itupun dikatakan Al-Qur’an sebagai suatu kezaliman dan tindakan ‘memandang besar diri sendiri’.Jadi kesimpulannya, Al-Qur’an menyampaikan bahwa Tuhan tidak memilih berdasarkan Kuasa-Nya agar manusia bisa menjangkau eksistensi-Nya dengan panca indera, dan Tuhan juga telah menetapkan bahwa keinginan ataupun permintaan untuk hal tersebut merupakan suatu kezaliman.
Dari sisi manusianya sendiri, kita tentu boleh-boleh saja memikirkan apa alasannya, misalnya :”Melihat matahari saja mata kita tidak sanggup, bagaimana pula halnya kalau kita melihat Tuhan yang menciptakan matahari..??”. Tapi itu hanya berdasarkan akal pikiran kita sekalipun memang alasan tersebut masuk akal.
Lalu ada pertanyaan : “Bagaimana Al-Qur’an mengajarkan manusia sehingga dapat mengenal Tuhan yang tidak terdeteksi melalui panca indera manusia..?”. Yang bisa dideteksi dengan panca indera kita adalah tentang ‘tanda-tanda’ keberadaan Tuhan, dan bukan tentang eksistensi/wujud Tuhan itu sendiri. Tanda-tanda tersebut bisa dijangkau oleh panca indera kita dan juga akal pikiran kita. Malah melalui Al-Qur’an, Allah mewajibkan setiap manusia untuk mengamati dengan panca inderanya dan memikirkan dengan akal pikirannya terhadap ‘tanda-tanda’ keberadaan Tuhan ini, agar kita bisa meyakini bahwa Tuhan tersebut memang ada/eksis/wujud.
[41:53] Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
[41:39]
Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan
gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak
dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat
menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
[40:81]
Dan Dia memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya); maka
tanda-tanda (kekuasaan) Allah yang manakah yang kamu ingkari?
[40:13]
Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan
menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran
kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).
[2:164]
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
[10:24]
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air
(hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya
karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya
azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan
tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.
[57:17]
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah
matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda
kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.
Intinya
adalah segala yang ada di alam semesta merupakan bukti tentang
eksistensi Allah, tapi ini tentu hanya berlaku bagi orang yang melihat
dengan ‘hati’ dan mampu berpikir :
[22:46]
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata
itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
[6:25]
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal
Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka
tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan
jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau
beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: “Al-Qur’an ini tidak lain
hanyalah dongengan orang-orang dahulu.”
Ternyata yang dikatakan ‘mampu’ melihat tanda-tanda eksistensi Allah itu bukan hanya terbatas pada pandangan mata atau mendengar dengan telinga saja, tapi mata dan telinga yang dibimbing oleh hati yang tunduk dan tulus ingin mengetahui eksistensi Tuhan.
Jadi tidak aneh kalau banyak mahasiswa sekolah seminari yang khusus mempelajari Al-Qur’an, sekalipun sudah membaca Al-Qur’an seluruhnya dan berkali-kali, namun karena dasarnya punya niat yang tidak baik, maka Al-Qur’an tidak akan bisa menjadi petunjuk agar mereka kembali kejalan yang benar, malah semakin dibaca semakin tersesat, dan yang rugi tentunya diri mereka sendiri.
Sebaliknya bagi orang yang punya niat baik dan tulus, benar-benar ingin mengenal Allah dan ingin mendapat bimbingan-Nya, maka tidak perlu harus melihat Tuhan dengan panca indera, Allah akan memberikan bimbingan pengenalan kepada-Nya melalui tanda-tanda keberadaan Tuhan dan orang tersebut makin mengenal Allah tanpa harus melihat wujud-Nya :
[21:49] (yaitu)
orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak
melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.
[35:18]
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika
seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul
dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang
dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri
peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya
(sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang.
Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan
diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu).
[5:94]
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu
dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan
tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biarpun
ia tidak dapat melihat-Nya. Barang siapa yang melanggar batas sesudah
itu, maka baginya azab yang pedih.
Dengan konsep ketuhanan ini, kita bisa bertanya :”Apa akibatnya terhadap persepsi dan gambaran yang muncul dari seorang Muslim terhadap Tuhannya..?”.
Katakanlah ketika seorang Muslim bersujud di tengan malam, sendirian , mengadu kepada Tuhannya tentang masalah yang tengah dihadapi, atau ketika seorang Muslim terjebak dalam situasi hidup mati dan tidak ada tempat atau sesuatu untuk minta tolong kecuali Allah, lalu Muslim tersebut berteriak :”Yaa..Allah, tolonglah hamba-Mu ini…!!”. Apa yang tergambar di kepalanya tentang wujud Tuhan..??
Saya pastikan TIDAK ADA SATUPUN MUNCUL WUJUD (BENTUK) DALAM PIKIRANNYA…, tapi yang ada adalah suatu keyakinan bahwa Allah itu ADA, Kekuasaan-Nya SANGAT DEKAT, Dia pasti MENDENGAR jeritan minta tolong si Muslim, Dia BERKUASA untuk menolong, kalau Dia sudah menolong TIDAK ADA SESUATUPUN YANG BISA MENGHALANGI. Begitulah eksistensi Tuhan yang selalu ada dalam hati setiap Muslim.
Sekarang kita berandai-andai kalau kita menjadi seorang Kristen.Ketika kita menyeru :” Yesus..!! tolonglah saya..!!”, apa yang tergambar dalam hati dan pikiran kita..??? Tentu saja akan muncul sosok laki-laki, berambut panjang, hidung mancung Eropa, ganteng, pakai janggut, mungkin telanjang cuma pakai sepotong kain.
Atau kita berdo’a :”Bapa yang ada di surga..”, apa yang tergambar di kepala kita..?? tentu saja gambaran seorang tua berjanggut putih, pasti berkulit putih, mukanya teduh dan penuh senyum seperti muka pak Harto.
Dimanakah Bapa..?? tentu saja bukan berada didepan atau disamping kita, tapi nun jauh di surga, diatas awan, Bapa melihat dari kejauhan. Kalaupun kita meminta :”Yaa Ruh Kudus….!!”, pasti gambaran yang muncul adalah seekor burung merpati yang turun dari langit.
Lebih hebat lagi, bagaimana kalau kita menyebut ketiga-tiganya :”Bapa, Yesus dan Ruh Kudus…, tolonglah saya….!!”, gambaran yang muncul dalam hati dan pikiran adalah ketiga-tiganya berjejer dengan wujudnya masing-masing. Dan Kristen akan bersusah-payah menipu dirinya sendiri untuk ‘memblender’ ketiga wujud tersebut menjadi satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar