Kamis, 08 Maret 2012

Benarkah “Kalimatullah” Bermaksud Tuhan?

Para misionaris Kristian sememangnya sering menggunakan metodologi membuta-tuli dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an tanpa menimbang metodologi “Al-Qur’an mentafsirkan dirinya sendiri”. Baru-baru ini, seorang misionaris Kristian telah memberi suatu penafsiran yang janggal, dengan membuat dakwaan seperti berikut:
    Mari kita membaca tafsir Al-Qur’an, Surah 4:171, yang mengatakan bahawa Isa Almasih adalah Roh Allah dan Kalimat Allah dan sura 3:45 (Ali Imran: 45) mengatakan (bermaksud) kalimatNya merupakan seorang anak..ini sama dengan firman Allah dalam Injil Yohanes 1:14 mengatakan ‘lalu Firman itu menjadi manusia’.
Begitu bankrapnya pemikiran mereka ini sehinggakan mereka memaksa suatu penafsiran baru ke atas Al-Qur’an dengan mengaitkan ayat di dalam Perjanjian Baru dengan ayat 171 di dalam Surah An-Nissa’ dan ayat 45 di dalam Surah Ali Imran. Kita akan mengkaji kedua-dua ayat Al-Qur’an yang disebutkan oleh puak Kristian di dalam pertuduhan mereka.

Maksud ‘Kalimatullah’ Dan Penafsirannya
Berikut adalah Surah An-Nissa’: 171 berserta dengan maksudnya:
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih ‘Isa putra Maryam itu adalah utusan-Nya dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam , dan (dengan tiupan) roh daripada-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan jangan kamu mengatakan; “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapanmu itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara.
Fokus perbincangan kita untuk ayat ini adalah perkataan “Kalimatullah”. Mengapa ‘Isa Al-Masih dipanggil “Kalimatullah”? Maksudnya adalah jelas, jika kita memegang kepada konsep Al-Qur’an mentafsirkan antara satu sama lain. Dengan membandingkan ayat di atas dengan ayat yang memperjelaskan isu di atas, kita boleh membuat kesimpulan bahawa ‘Isa dipanggil “Kalimatullah” disebabkan oleh proses kejadian ‘Isa a.s. sendiri yang diciptakan dengan kalimat kun(jadilah) tanpa berbapa. Proses kejadian ‘Isa adalah sama seperti kejadian Adam yang tiada berbapa atau beribu.
Firman Allah:
Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (Surah Ali Imran (3): 59)
Maka di sini jelaslah kepada kita bahawa Al-Qur’an tidak pernah menganggap ‘Isa Al-Masih itu adalah Allah, malah memandangnya sebagai seorang manusia biasa, sama seperti Adam a.s. Jika misionaris Kristian masih berdegil mahu mengatakan bahawa Al-Qur’an membenarkan doktrin Kristian bahawa ‘Isa adalah tuhan Allah, maka dengan menggunakan metodologi mereka sendiri, kita perlu menambah seorang lagi ke dalam doktrin “Triniti” mengikut ayat di atas, iaitu Nabi Adam a.s., kerana baginda juga terjadi dengan “kalimat Allah”, iaitu kun (jadilah)!
Di sini juga kita ingin memetik dari Tafsir Al-Azhar, Juzu’ 4-5-6, karangan Prof. Dr. Hamka, yang membicarakan tentang ayat Surah An-Nissa’: 171 di atas:
Lalu lanjutan ayat: “Sesungguhnya Al Masih Isa anak Maryam itu lain tidak, hanyalah Rasulullah.” Bukanlah dia itu Allah yang menjelma menjadi anak, dan bukan pula dia anak dari Allah. Tugasnya hanya satu, yaitu menjadi Rasulullah, Utusan atau Pesuruh Allah. Maka kalau pendirian yang telah diputuskan itu, yaitu mnganggap dia penjelmaan Allah atau anak Allah, nyatalah bahwa sikap ini sudah melebih-lebihi, keterlaluan atau melampau-lampaui. “Dan kalimatNya yang Dia letakkan kepada Maryam dan Roh yang datang daripada-Nya.” Kalimat Allah artinya perintah yang ditentukan Allah. Itulah kalimat Kun, artinya Adalah engkau! Setelah kalimat itu diucapkan Tuhan, maka datanglah lanjutan Fa Yakun, artinya: Maka adalah! Kepada langit Tuhan bersabda Kun, maka langitpun ada.
Kepada sesuatu kalimat Tuhan itu berlaku maka semuanya ada. Atas kalimat Tuhan itu pula Dia berfirman: Kun Ya Isa! Adalah engkau, wahai Isa! Maka adalah Isa, yang tadi belum ada. Isa belum ada sebelum Tuhan kehendaki. Caranya ialah menurut kehendak Tuhan itu sendiri, kalimat Kun di hadapan Tuhan kepada diri Maryam: Mengandunglah engkau hai Maryam! Lalu Maryam anak dara suci itu bertanya kepada Tuhan: Bagaimana hamba akan mengandung padahal hamba belum disentuh laki-laki? Lalu Tuhan menjawab: Yang begitu bagi-Ku adalah perkara mudah (Surat ke-19, Maryam ayat 21). Apalah sukarnya bagi Allah yang dengan kalimat Kun dapat menciptakan cakrawala, menciptakan matahari dan bulan dan bintang. (m.s. 101)
Jika bulan, matahari dan bintang mampu “dijadikan” tanpa berbapa atau beribu tetapi ‘Isa beribu, mengapakah objek-objek alam ini tidak sahaja disembah oleh puak misionaris?
Dari tafsiran tentang ayat ini oleh Prof. Dr. Hamka, jelaslah kepada kita bahawa kejadian ‘Isa adalah sama sahaja seperti ciptaan Allah yang lain seperti bulan, matahari dan bintang. Jika bulan, matahari dan bintang mampu “dijadikan” tanpa berbapa atau beribu tetapi ‘Isa beribu, mengapakah objek-objek alam ini tidak sahaja disembah oleh puak misionaris?
Kejadian ‘Isa Dalam Surah Ali Imran: 45 Dan Penafsirannya
Sekarang mari kita lihat Surah Ali Imran: 45, beserta terjemahannya:
Ingatlah, ketika Malaikat berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)
Dakwaan misionaris tentang ayat ini ialah:
    sura 3:45 (Ali Imran: 45) mengatakan (bermaksud) kalimatNya merupakan seorang anak.
Sekarang lihatlah terjemahan ayat di atas. Di manakah kesahihan dakwaan mereka bahawa ayat yang tersebut di atas “…mengatakan (bermaksud) kalimatNya merupakan seorang anak”? Ayat tersebut hanyamenjelaskan bahawa malaikat telah memberitahu kepada Maryam bahawa dia akan dikurniakan dengan seorang anak yang terjadi daripada Allah, dan dia adalah seorang yang soleh dan mengabdikan diri kepada Allah. Tentulah ini tidak bermaksud bahawa ‘Isa itu Tuhan Allah, sebab jelas di dalam ayat di atas bahawa ‘Isa adalah ciptaan Allah!
Jadi kita melihat dakwaan misionaris hanya terbit daripada angan-angan kosong mereka untuk membenarkan konsep ketuhanan mereka yang palsu. Lebih-lebih lagi Al-Qur’an sejak dari awal lagi telah membantah konsep ketuhanan yang dianjurkan oleh orang-orang Kristian.
Firman Allah :
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan jangan kamu mengatakan; “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapanmu itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa.” (Surah An-Nissa’: 171)
Dan untuk melengkapkan jawapan kepada pertuduhan misionaris Kristian ini, di sini kita ingin memetik lagi dari Tafsir Al-Azhar Juzu 1-2-3, karangan Prof. Dr. Hamka, yang memperjelaskan ayat di atas:
“(Ingatlah) tatkala berkata Malaikat: Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah memberitakan kepada engkau, bahwa engkau akan dapat satu kalimah daripadaNya, namanya Almasih Isa anak Maryam.” (pangkal ayat 45)
Di sini terdapat satu kata yaitu kalimah. Arti kalimah ialah kata, ujungnya memakai Ta-marbuthah, yaitu kalau dibaca terus dengan rangkaian kata lain menjadi hidup seumpama Kalimatut-Tauhid. Dan kalau berhenti di ujung kata menjadi kalimah. Sebagai ummat yang boleh dibaca ummah, berkat yang boleh dibaca berkah, hikmat dibaca juga hikmah. Dalam hukum ilmu Nahwu Arab, kata-kata itu semuanya menjadi Mu-annats, diperempuankan (vrouwelijk). Maka Kalimat Allah artinya ialah perkataan Allah. Banyaklah terdapat perkataan kalimah atau kalimat itu di dalam al-Quran yang simpulan artinya selain dari perkataan Allah, juga berarti kehendak Allah; tentang pokok kepercayaan ang baik kepada Tuhan dsebut Kalimatin Thayyibatin (Surat Ibrahim ayat 34) dan keperayaan yang buruk disebut Kalimatin Khabitsatin (Surat Ibrahim ayat 26), dan takwa berbakti kepada Allah disebut Kalimatut-Taqwa. Apabila Ahlul-Kitab diajak oleh orang Islam kembali kepada pokok kepercayaan yang sama kepada Tuhan, disebut Kalimatin-sawa-in-Bainana (Surat Ali Imran ayat 64). Kalau Tuhan memutuskan azab atas orang yang berdosa disebut Kalimatul-’Adzab. Kehendak Yang Maha Tinggi dari Allah disebut Kalimatul-’Ulyaa (Surat Taubat ayat 41), dan banyak lagi yang lain. Tetapi yang paling terkemuka di dalam pemakaian kalimat atau kalimah itu ialah Kalimat-Takwin, iaitu kata Tuhan dalam menjadikan alam, yang tersimpul dalam “Kun”, artinya “Jadilah”, Fa-yakun, maka diapun terjadi! Seluruh alam ini diciptakan oleh Allah, baik langit atau bumi, atau apa sajapun dengan kalimat KUN itulah. Diperintahnya jadi, diapun terjadi.
Maka Malaikat Jibrilpun datanglah kepada Maryam menyampaikan bahwa Kalimat Allah itupun akan berlaku ke atas diri Maryam. Tuhan akan mengatakan KUN pula, sehingga akan mengandunglah dia seorang anak, tidak dengan perantaraan disetubuhi laki-laki. (m.s. 166-167)
Di dalam buku yang sama, Prof. Dr. Hamka juga menerangkan dengan lebih lanjut sebab mengapa beliau memberikan penerangan di atas, serta pada masa yang sama membantah perbandingan ayat Surah Ali Imran: 45 dengan ajaran Kristian di dalam Injil Yohanes fasal 1, seperti berikut:
Kita jelaskan terlebih dahulu doa yang dimaksud dengan kata kalimat tadi terhadap diri Isa Almasih oleh Al-Qur’an, kerana sesetengah penyebar Kristian di dalam menawarkan kepercayaan mereka kepada orang Islam yang tidak mengetahui agamanya sendiri dengan mendalam, dengan mudah telah mengatakan bahawa Al-Qur’an sendiri telah mengakui bahawa Isa Almasih itu adalah Kalam, dan Kalam itu adalah Allah, dan Kalam itu telah ada bersama Allah, ini terjadi dan Kalam itu ialah Isa Almasih. Demikianlah kepercayaan Kristian yang dibentuk oleh Yahya atau Yohannes yang mengarang Kitab Injil Yohannes, yaitu keempat dari kitab-kitab Injil yang mereka percayai itu.
Maka dengan keterangan apa maksud Kalimat yang dituju oleh Al-Quran dan bagaimana jauh bedanya dengan Kristian ajaran Yahya atau Yohannes itu, nampaklah bahwa membawa-bawa ayat al-Quran yang dalam seluruh kisah mengenai Nabi Isa selalu membantah kepercayan Kristian yang mengatakan Isa itu anak Allah atau sendiri Allah, adalah satu hal yang mempersulit diri mereka yang mempropagandakan itu sendiri. Dia hanya laku kepada orang yang memakai nama Islam, tetapi tidak mengerti ajaran agamanya. (m.s. 167)
Sekian sahaja kita memetik daripada Tafsir Al-Azhar, hasil tulisan Prof. Dr. Hamka.
Kesimpulan
Dengan terdedahnya kepalsuan dakwaan misionaris, nyatalah bahawa mereka tidak lagi memiliki alasan untuk memporak-perandakan tafsiran ayat-ayat Al-Qur’an. Perkara memutar-belitkan ayat Al-Qur’an untuk menguatkan doktrin Kristian dan sekaligus membohongi umat Islam bukanlah sesuatu perkara yang baru dalam gerakan misionaris Kristian. Para pembaca juga diminta melihat artikel ini yang membezakan Nabi ‘Isa versi Islam dengan Tuhan Yesus milik orang-orang Kristian, serta menjawab sebuah lagi tafsiran palsu ke atas ayat suci Al-Qur’an yang sering dipergunakan oleh misionaris Kristian untuk menipu umat Islam.
Rujukan
Prof. Dr. Hamka, “Tafsir Al-Azhar”, Juzu’ 1-2-3-4

Artikel berkaitan

Al-Qur'an Dan Islam Dari Kacamata Barat
Sejarah Pengumpulan al-Qur'an: Jawapan Kepada Pengkritik
Membongkar Kebobrokan Penafsiran Surah Az-Zukhruf, Ayat 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar