Sabtu, 22 Oktober 2011

kristen adalah agama berhala menurut para pakar kristen sendiri

kristen adalah agama berhala menurut para pakar kristen sendiri

Berikut ini disalinkan apa adanya dari buku Darah dan Penebusan Dosa
karangan M. Hasem hal. 31 - 41.


Edward Carpenter berkata:

Alangkah menakjubkan persamaan dan perserupaan dalam segala hal-hal
ini dengan riwayat Yesus dalam kitab-kitab Injil.


Sering orang bertanya, mengapa Yesus dipandang sebagai tuhan Juru
Selamat Penebus Dosa. Pertanyaan serupa ini diajukan oleh orang awam
yang tidak mengetahui latar belakang sejarahnya.


Dr. Davies telah mengatakan dengan tepat:


Yang tidak diketahui si Awam, tetapi diketahui si Sarjana ialah bahwa
banyak tuhan-tuhan kafir pada zaman Yesus dan sesudahnya mana terdapat
tuntutan-tuntutan yang sama dan dalam nama-nama siapa dikhotbahkan
doktrin-doktrin yang sangat serupa. Mithra adalah Juru Selamat umat
manusia; demikian pula Tammuz, Adonis dan Osiris[1].


Tuhan-tuhan kafir yang ada di sekitar wilayah penyebaran agama Kristen
pada awal pertumbuhannya, banyak sekali persamaan-persamaannya dengan
riwayat hidup Yesus yang digambarkan dalam Bibel. Banyaknya
persamaan-persamaan ini sangat menarik perhatian para sarjana untuk
mempelajari riwayat dan ajaran-ajaran agama itu serta
memperbandingkannya dengan riwayat dan ajaran-ajaran Yesus.


Sehubungan dengan ini Edward Carpenter berkata:


Ketika Yesus dari Nazaret hidup, atau dianggap hidup, dan selama
berabad-abad sebelum itu, daerah-daerah di sekitar laut tengah
merupakan panggung sejumlah kepercayaan-kepercayaan kafir dan
ritus-ritus (upacara keagamaan/ upacara suci; peny.) agama kafir.
Kuil-kuil yang tak terhitung jumlahnya dipersembahkan kepada
tuhan-tuhan seperti Apollo dan Dionysos bagi bangsa Yunani, Adonis dan
Attis di Frigia dan Suriah; Osiris, Isis dan Horus di Mesir; Baal dan
Astarte di Babilonia dan Kartago, dan sebagainya. Kelompok-kelompok
besar dan kecil mengumpulkan kepercayaan-kepercayaan itu dan
pengabdian serta kebaktian atau upacara-upacara agama, yang termasuk
kepada tuhan mereka masing-masing dan dalam kepercayaan mereka
terhadap tuhan-tuhan mereka itu. Dan bagi kita adalah suatu kenyataan
yang luar biasa pentingnya, bahwa kepercayaan-kepercayaan mereka dan
upacara-upacara agama mereka dalam garis-garis besarnya; walaupun
tidak identik namun sangat menyolok persamaan-persamaannya ...[2]




Sekedar gambaran singkat, berikut ini kami sajikan riwayat sekilas
dari tuhan-tuhan atau dewa-dewa itu.


Osiris


Menurut Esayis dan biografis Plutarchus (46 - 120 M) yang mencatat
riwayat hidup tuhan-tuhan itu, Osiris lahir dalam gua pada hari ke 361
dihitung dari permulaan tahun, yakni 27 Desember. Osiris ini adalah
tuhan Bapa Mesir, salah satu oknum ketuhanan Tritunggal Mesir kuno. Ia
mengajarkan kepada manusia tentang kelemah-lembutan dan kehalusan.
Tetapi ia dikalahkan oleh Typhon, dicincang-cincang dan mati dengan
mencurahkan darah untuk Penebusan dosa. Kata Plutarchus, "Hal ini
terjadi pada tanggal 17 bulan Atyr, ketika Matahari membentuk
Scorpion. Jasadnya dimasukkan ke dalam peti dan dikuburkan, tetapi
kemudian, pada tanggal 19 bulan Atyr itu juga ia bangkit lagi dari
kubur. Dengan kata-kata lain, ia mati sebagai Juru Selamat Penebus
dosa, dengan mencurahkan darahnya dan bangkit lagi pada hari ketiga.


Osoris ini sebenarnya tuhan bangsa Mesir, tetapi kepercayaan orang
kepadanya tersebar sangat luas ke wilayah-wilayah disekitar Laut
Tengah.



Isis


Ia juga salah satu oknum Tritunggal Mesir kuno, lahir dalam gua.
Seperti tuhan-tuhan Juru Selamat Penebus dosa lainnya, ia juga mati
menebus dosa, dikuburkan lalu bangkit lagi dari kuburnya. Pemujaan
kepada tuhan Isis ini meluas sampai ke Eropa. Bahkan tempat yang
sekarang dikenal dengan Notre Dame di Paris dengan katedralnya yang
sangat mahsyur itu dahulu asalnya dari rumah penyembahan kepada Isis.
Isis ini adalah tuhan perempuan atau dewi dan pemujaan kepadanya
sangat mirip dengan pemujaan kepada Maria dengan segala macam
patung-patungnya.



Horus


Horus adalah putra tunggal dari Osiris dan Isis. Ia lahir dalam gua.
Ia mati dibunuh dan mencurahkan darah sebagai Juru Selamat untuk
menebus dosa dengan darahnya, dikuburkan, tetapi kemudian ia bangkit
lagi dari kuburnya. Gambar-gambar tentang Horus dalam pangkuan Isis
sebagai ibu tuhan ialah, menurut para ahli, yang masuk ke dalam gereja
dalam bentuk Yesus dengan sang dara Maria.



Attis


Attis ini anak Cybele, ibu tuhan yang dipuja di Frigia, wilayah di
Turki sekarang, yang dahulunya menjadi wilayah penyebaran agama
Kristen awal, oleh Paulus dan kawan-kawannya. Attis terbunuh dengan
disalibkan pada sebatang pohon dan mati menebus dosa dengan darahnya,
kemudian bangkit lagi dari kubur. Setiap tahun kematian dan
kebangkitannya diperingati secara besar-besaran dengan menyalib
seorang pendeta yang dianggap seperti penjelmaan Attis. Pengaruh
langsung kepercayaan ini kepada Paulus tidak dapat disangkal.
Kisah-kisah Attis sangat menyerupai kisah Yesus.



Dalam kata-kata Arthur Weigall:


Attis adalah sang Gembala yang baik, putra Cybele. ... Tetapi ketika
menjelang dewasa ia mengorbankan dirinya sendiri dan berdarah hingga
mati di bawah pohon jarum-jarum suci. Di Roma upacara perayaan
kematian dan kebangkitan diperingati pada setiap tahun dari tanggal 22
sampai 25 Maret. ... Pada perayaan itu sebatang pohon jarum-jarum
ditebang pada tanggal 22 Maret dan pada batang pohon dikaitkan satu
boneka dari tuhan itu. Dengan demikian maka Attis 'mati tergantung
pada sebatang pohon' menurut uangkapan Bibel. Boneka ini kemudian
dikuburkan pada suatu pekuburan. Tanggal 24 Maret adalah Hari Darah,
dimana Imam Besar, yang tidak lain dari inkarnasi Attis sendiri,
meraih darah dari lengannya dan mempersembahkan darah itu sebagai
darah korban manusia, dan dengan demikian mengorbankan darahnya
sendiri. Hal ini mengingatkan kita kepada kata-kata dalam Surat kepada
Orang Ibrani: "Yesus telah datang sebagai Imam Besar ... bukan dengan
membawa darah domba dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa
darahnya sendiri ... mendapatkan penebusan yang kekal bagi kita." Pada
malam itu pendeta-pendeta pergi ke kuburan dan mendapatkan kuburan itu
bercahaya dari dalam dan pada saat itu ditemukan bahwa kuburan itu
kosong, karena tuhan itu telah bangkit lagi pada hari ketiga sesudah
matinya dan pada tanggal 25 hari kebangkitan itu dirayakan dengan
sangat gembira ria, dengan semacam jamuan makan suci dan calon-calon
mereka disucikan dan mereka dianggap telah dilahirkan kembali[3].



Adonis


Ia dibunuh oleh Typhoon sang Babi Hutan, tetapi bangkit hidup lagi
pada musim semi. Pada waktu itu sungai Orantes pasang dan warna airnya
kelihatan berwarna merah. Disana orang-orang mengadakan upacara pada
tepi sungai dengan kepercayaan bahwa warna merah dari sungai itu
adalah darah Adonis yang tercurah dan mengalir untuk menebus dosa
manusia.


Pemujaan kepada Adonis ini sangat diperhatikan oleh penduduk Antiochia
dan Siprus serta wilayah-wilayah sekitar Mediterania lainnya
(sedangkan Antiokia merupakan basis awal penyebaran Kristen; peny.).
Frazer menceritakan tentang pesta-pesta upacara yang diadakan di Asia
dan di negeri-negeri di bawah kekuasaan Yunani, yang dilakukan setiap
tahun.



Kata Frazer:


Patung-patung yang diberi pakaian, yang menyerupai mayatnya dibawa
untuk dikuburkan dan kemudian dilemparkan ke laut atau sumber-sumber
air. Pada beberapa tempat kebangkitannya dirayakan pada esok harinya
... Ia dianggap telah hidup lagi dan naik ke langit, disaksikan oleh
pemuja-pemujanya[4].



Arthur Weigal menulis:


Salah satu tempat kedudukan yang pertama-tama dari agama Kristen ialah
Antiochia, tetapi di kota ini setiap tahunnya diperingati kematian dan
kebangkitan tuhan Tammuz atau Adonis, nama yang disebut terakhir ini
semata-mata berarti 'Tuhan' saja. Tempat di Betleham yang dipilih oleh
orang-orang Kristen zaman dahulu sebagai tempat kelahiran Yesus
(karena tidak mengetahui dimana sebenarnya tempat kejadian itu) tidak
lain dari pada tempat suci tuhan kafir ini dahulunya, sebagaimana
Santo Jerome, Bapa Gereja (340 - 420 M) terkejut mendapatkan kenyataan
yang menunjukkan bahwa Tammuz atau Adonis sangat dikacaukan dalam
pikiran orang dengan Yesus Kristus. Menurut kepercayaan mereka, tuhan
itu menderita maut secara kejam, turun ke neraka Hades, kemudian naik
kelangit; dan perayaan peringatan terhadap tuhan itu, seperti yang
dilakukan pada berbagai negeri, matinya diratapi, boneka tubuhnya yang
telah mati dipersiapkan untuk dikuburkan setelah dibaptiskan dengan
air dan diurapi, dan pada hari berikutnya kebangkitannya diperingati
dengan penuh ria, kata-kata 'Tuhan telah bangkit' itu sendiri boleh
jadi dipergunakan. Perayaan tentang kenaikan ke langit yang disaksikan
oleh pemuja-pemujanya merupakan babak terakhir pesta itu[5].



Mithra


Mithra lahir dalam gua pada tanggal 25 Desember. hari lahir Mithralah
yang dipinjam oleh gereja sebagai Hari Natal atau hari kelahiran
Yesus. Hal ini tidak tersangkal oleh siapapun. Bahkan Santo Agustinus,
dalam pedebatannya dengan si Yahudi yang bernama Trypho, tidak
menyangkal kenyataan ini ketika ia berkata:


Kami merayakan hari ini sebagai hari suci; bukan sebagai kelahiran
orang-orang kafir merayakan hari Matahari, tetapi kelahiran Dia yang
menciptakan Matahari itu.


Hari Minggu yang dijadikan hari suci Kristen, sebagai ganti hari Sabat
yang Sabtu itu, tidaklah lain dari hari suci bagi agama Mithra, agama
pemujaan Matahari. Bekas-bekasnya masih kita lihat dengan myata pada
istilah nama hari itu sendiri: Sunday (Inggris), Sonntag (Jerman),
Zondag (Belanda) - Sun = Sonn = Zon, yang berarti Hari Matahari.


Mithra adalah tuhan Matahari yang banyak dipuja pada berbagai nama.
Segala keterangan yang bersangkutan dengan kepercayaan yang bertalian
dengan ilmu falak, seperti pertandaan bintang pada saat kelahiran
Yesus, tanggal-tanggal kelahiran Maria dan Yahya pembabtis, tanggal
kenaikan Yesus ke surga, kenaikan Maria kelangit, perlambangan Yesus
sebagai anak domba, pengkudusan dengan darah lembu dan domba, serta
ratusan macam keprcayaan lainnya, berasal dari agama Mithra.


Mithra adalah tuhan Juru Selamat Penebus dosa. Mithra mengorbankan
lembu suci yang darahnya menyucikan dan menebus segala dosa manusia.
Namun lembu itu tidak lain dari penjelmaan atau inkarnasi Mithra
sendiri. Upacara pohon terang yang sangat terkenal itu dahulunya
adalah upacara Mithra.



Anak-anak dewa atau putra-putra lainnya yang dipuja di wilayah
Mediterania adalah Dionysos, Hercules, Apollo, Helios, Hyacinth,
Zagreus, Marduk dan Zandan. Mereka semua adalah Juru Selamat Penebus
dosa dengan darah; semuanya mati dengan mencucurkan darah korban,
kemudian bangkit lagi dan naik ke langit. Riwayat dewa-dewa, anak-anak
tuhan ini, tidak jauh berbeda dari tuhan-tuhan yang disebut
sebelumnya, yang berarti pula erat persamaannya dengan riwayat Yesus.
Bahkan pusat pemujaan Zandan adalah kota Tarsus, kota kelahiran
Paulus, orang yang mula-mula menyiarkan bahwa Yesus itu tuhan dan Juru
Selamat penebus dosa dengan darah.



Krisna


Putra dewa ini pun dilahirkan dalam kandang sapi. Kelahirannyapun
diperlihatkan oleh tanda-tanda perbintangan. Ia anak manusia, tetapi
berbapa Brahma, tuhan Bapa dalam Hinduisme.


Ketika lahir, Krisna hendak dibunuh oleh Kansa; Yesus hendak dibunuh
oleh Herodes. Dalam perhitungan belum lama berselang ternyata bahwa
Herodes, yang menjadi wakil raja roma di Palestina itu, telah
meninggal sekurang-kurangnya empat tahun sebelum tahun pertama Masehi,
tahun kelahiran Yesus, sehingga beralasanlah orang yang mengira bahwa
cerita tentang pembunuhan kanak-kanak oleh Herodes ini hanyalah suatu
paksaan untuk penyesuaian dengan dongeng-dongeng Mithra dan Krisna
tentang ancaman pembunuhan anak itu.


Demikian banyaknya persamaan riwayat Yesus dengan Krisna, sehingga
Swami Abhedananda, seorang Hindu yang mempelajari agama Kristen
berkata:


Pada inkarnasi tuhan yang terkenal dikalangan orang Hindu, termasuk
Krisna, Buddha, Rama dan lain-lain. Apabila seorang Hindu membaca
riwayat dan ajaran-ajaran Yesus Kristus yang dinyatakan dalam
Injil-Injil Sinoptik dan membandingkannya dengan riwayat dan
ajaran-ajaran Krisna dan Buddha, maka persamaa-persamaan kedua
penulisan itu sangat menakjubkan hingga pada bagian-bagian yang
terkecil, dari naiknya bintang-bintang (pertanda kelahiran Yesus)
hingga kebangkitannya dan kenaikannya ke langit. Krisna hidup 1.400
tahun sebelum Kristus, dan Buddha lahir 547 tahun sebelum Yesus
Kristus[6].


Persamaan-persamaan riwayat dan ajaran Yesus Kristus dan Krisna tidak
tersangkal. Seorang misioner berkebangsaan Jerman, setelah melihat
persamaan-persamaan antara keduanya, menulis sebuah buku di mana ia
menuduh bahwa para penganut agama Hindu telah meniru riwayat dan
ajaran Yesus.



Misioner W. Dilger itu berkata:


Er ist uber allen zweifel erhanben, dasz die Gemeinsamen Einzelzuge
aus dem neuen Testamen entlehnet sind (sama sekali tidak dapat
diragukan bahwa persamaan itu berasal dari peminjam dari Injil
Perjanjian Baru[7].



tuduhan Dilger yang menggelikan ini tidak dibiarkan begitu saja.



Plange berkata:


Namun bagaimana mungkin dikatakan demikian, sementara tidak terdapat
keraguan bahwa legenda-legenda Krisna berasal dari jaman Buddha, dan
tiada pula keraguan bahwa Buddha hidup sekitar 500 tahun sebelum
Yesus?[8]



Plange kemudian mengingatkan akan kata-kata Hopkins:


Apabila orang memikirkan betapa tua asal-usul legenda-legenda ini,
maka tidak akan ada keraguan bahwa cerita-cerita ini telah dipinjam
dari Hindu[9].



Tentulah sejarah tidak dapat berkata lain dari yang telah ditegaskan
Abhedananda, Plange, dan Hopkins itu.



Dari Bhagawad Gita, kita kutipkan pernyataan Krisna:


Ritus-ritus yang diperintahkan kitab-kitab Weda serta upacara-upacara
yang dilakukan untuk roh nenek moyang, ramuan penyembuhan dan makanan,
mantra, mentega suci: Akulah korban itu dan akulah api ke mana korban
itu dipersembahkan[10].


Matinya Krisna sama pula dengan matinya Yesus. Krisna mati
digantungkan atau disalibkan pada pohon dan ditombak hingga mati.
Krisna bermahkota ketika dipakukan pada pohon itu. Sehubungan dengan
itu, Plange mengatakan:


Keduanya mati sebagai korban. ... Keduanya naik kelangit sesudah
matinya, setelah tugas selesai. keduanya dijadikan tuhan oleh para
penganut agamanya[11].



Syiwa


Syiwa adalah oknum ketiga Tritunggal atau Trimurti dalam kepercayaan
Hindu. Kepadanya sering dikorbankan darah berratus-ratus manusia
bersama nyawanya. Tetapi manusia yang dikorbankan untuk Syiwa itu
tidaklah lain dari inkarnasi Syiwa sendiri. Terhadap ratusan nyawa
manusia yang disembelih dalam pemujaan kepada Syiwa, dewa itu berkata
kepada Brahma (dewa Bapa):


Akulah korban itu sebenarnya; Akulah yang kamu sembelih di atas
altar-altarku[12].



Odin


Odin adalah tuhan dikalangan bangsa-bangsas Skandinavia. Ia termasuk
salah satu oknum Tritunggal menurut kepercayaan Skandinavia purba.
Agama ini banyak pula pengaruhnya di bagian lain wilayah Eropa Utara.
Kepada Odin sering dikorbankan manusia yang digantung dan disalibkan.
Tetapi Odin tidak puas dengan korban-korban manusia itu saja, sehingga
ia sendiri mengorbankan dirinya.


Dalam Havanal tuhan itu berkata:


Aku tahu bahwa aku digantungkan pada pohon yang dihembus angin selama
sembilan malam penuh; dilukai dengan tombak, dipersembahkan kepada
Odin, dari aku kepada aku sendiri[13].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar